Oleh: Bustamin Wahid
Pedgogik FISIP UM-Sorong Papua Barat, dan
Direktur Riset dan Publikasi Pasifik Recources Indonesia
Pedgogik FISIP UM-Sorong Papua Barat, dan
Direktur Riset dan Publikasi Pasifik Recources Indonesia
Every Man Has His Own Historian
(Setiap Orang Memang Mempunyai Sejarahnya Sendiri,
dan Harus Menjadi Sejarawan Bagi Dirinya Sendiri)
(Louis Gottschalk)
FAJARTOTABUAN.COM - Jumat kemarin di tanah Papua di liburkan, baik itu lembaga Negara, swasta dan aktivitas perkuliahan kampus berbasis agama Islam sekalipun, seperti Muhammadiyah dan STAIN mengikuti hal yang sama. Dasar ini sebagai sikap dan laku tolerasi antara umat beragama, sikap tolerasi ini sudah menjadi dimensi kemanusiaan sebagaimana bahasa tolerasi dan kemanusiaan, 'jika kita beda dalam keyakinan (agama), maka kita sama dalam kemanusiaan' (Imam Ali: Pintu Pemikiran).
Saudara-saudara kita yang beragama Kristen di seluruh dunia memperingati hari kesakralan mereka, doa-doa Tuhan dilafaskan dengan khusuy di mimbar-mimbar gereja. Aktivitas duniawi ditanggalkan demi melangsungkan ritual sakral penuh makna ini. Paskah adalah hari kebangkitan Yesus dalam keyakinan saudara kita yang beragama Nasrani/Kristen. Hari Paskah yang ditayangkan di media elektronik dan cetak dan bahkan median online, telah terlihat penuh duka, sakral, dan tinggi penafsiran keyakinannya.
Kemerdekaan agama dan keyakinan menjadi hak dasar dan mengikuti imajinasi manusia pilihan agama. Semesta rasionalitas dan teoligis yang berada pada dimensi pilihan, dalam catatan sejarah dan paradigama kemanusian pilihan keparipurnaan seseorang akan berada pada tiga hal penting, pengatahuan, keyakinan dan ideologis.
Tidore & Papua/Papoua (Simpul Kebijaksanaan)
Tidore dan Papua, jika tema ini dibicarakan orang atau publik tidak merasa asing dan kaku menerima informasi ini.Karena dalam catatan sejarah dua daerah (Tidore & Papua) ini, memiliki hubungan pulahan abat yang lalu. Selain kajian filsafat sejarah dan antropologi,daratan Papua, kepulauan Maluku, NTT merupaka satu irisan Melanesia, yang merupakan gugusan kepulauan Maluku ke timur sampai kepada pasifik bagian barat, utara dan timur laut Australia.Penegasan kebijaksanaan yang dimaksudkan penulis diatas adalah keterkaitan sejarah keagamaan dan sikap kemanusiaan.Metada data sejarah menjelasakan bahwa masukunya penginjilan di tanah Papua memiliki relasi dengan kesultanan Tidore.
Sultan Tidore Ahmadul Mansyur Surajuddin, memutusakan sebuah kebijakan dengan sikap kebijaksanaan pada tahun 1852 M (baca: laki-laki dari Tidore), mengijinkan kedua misonaris dari Jerman C.W. Ottow dan G.J. Gessller untuk menyebarkan agama Kristin di Tanah Papua (atau dalam istilah bahasa Tidore ngili gulu-gulu). Sikapa tolerasi dan semangat pluralism di abat 19 sudah dibangun dan dijunjung tinggi, apala lagi sikap kebijaksanaan oleh seorang sultan (Otoritas kusas tertinggi daerah kesultanakn Tidore), tetapi ijin ini dengan bebarapa catatan tolerasin bahwa, ada bebarapa daerah Papua yang suda Islam pada 1520 M pada masa kejayaan Sultan Mansyur (Fakfak, Raja Amapat, Bintuni, Kaimana Dan Lingkaran Papua Gam Sio) tidak bisa diganggun secara keyakinan. Keputusan SultanAhmadul Mansyur Surajuddin (1821-1856), menyebutkan wilayah Manokwari sebagai tempat meraka menyebarkan ajaran injil.
Patut dihormati karena ke-dua misonearis C.W. Ottow dan G.J. Gessller, memahami bahwa sanya daerah Papua merupakan wilayah kesultana Tidore, sehingga direferensi sejarah menyebutkan bahwa pada tahun 1852 M, mereka tiba di Tidore dan melaporkan niat mereka kepada sultan Tidore terkait dengan penyebaran agama. Keputusan sultan terkait dengan wilayah Manokwari sebagai salah satu wilayah yang bisa mereka sebarkan agama, Titaah sultan pun berlanjut untuk memerinthakan orang-orang kelustan mengantara C.W. Ottow dan G.J. Gessller (misonaris) dengan perahu kora-kora yang dimiliki pihak Kesultanan Tidore. Dalam analisis sejarah titaah sultan ini dilaksanakan oleh salah satu orang dari Sangat Gam Range (daerah maba, patani dan weda),untuk mengantarkan C.W. Ottow dan G.J. Gessller (Misonaris) ke tanah Papua, menyusuri pulau halmahera dan kepulauan Papua pun terlihat. Data sejarah menunjukan bahwa pada tahun 5 Februari 1855 M(tgl kedatangan Otto & Gessller sama dengan tanggal kelahiran organiasi mahasiswa islam tetapi berbeda abat, ruang dan waktu), mereka tiba di Papua di waktu subuh(dalam bahasa Tidore sarah kie)di pulau Mansinam (dekat Manokwari). Setahun kemudian C.W. Ottow dan G.J. Gessller berjibaku dengan alam Papua dengan sikap keimanan mereka untuk menyebarkan Agaman Kristin dan sultan Ahmadul Mansyur Surajuddinpun wafat pada tahun 1856 M.
Tidore dan Papua tidak hanya itu, daerah Papua merupakan titik simpul perlawanan terhadapa Belanda yang dilakukan oleh Sultan Nuku. Pergerakan dan simpul solidaritas (ashabiayah) dibangun disana simpul kekuatan Key, Seram, Groom, Aru, Kaimana, Fakfak, Bintuni, Raja Ngairuha (R4), Simpul Papua Gam Sio, Sangaji Gam Range untuk kembali merebut Tidore dari pengaruh Belanda yang dimaknai dan simbol Revolusi Tidore/Nuku.Momentum ini pun diagendakan dalam Hari Jadi Tidore pada Akhir maret sampi dengan 12 April, dalam napak tilas pengambilalihan kekuasaan dan disakralkan dengan penyerahan panji (paji) dan ake dango (air suci). Dalam perjuangan Nuku, dalam pandangan penulis adalah melintasi dan kembali, Nuku berpesan kepada Sanagaja Jiko Malofo di Mareku, borero Jou, yaitu IFA NO ELI LADA BALA MA JOU LADA UA, artinya: jangan bertuan kepada Belanda karena Belanda bukan pimpinan rakyat (baca: La Raman).
Tidore & Papua/Papoua (Relasi Kekiniaan)
Papua salah satu daerah kesultanan Tidore dan sampai sekarang ini Belum ada dekonstruksi sejarah mencoban untuk menunjukan sejarah baru dari hasil proses ilmiah, artinya ini belu terbantahkan. Faktadan ojektifitas sejarah ini lah yang bisa menjadi argumentasi sakti Bung Karno dalam memperjuangkan Irian Jaya Barat di majelis PBB untuk bergabung dengan Negara Kesatuan Indonesia (NKRI) dari tangan Belanda pada 1 Mei 1963. Perjungan Belanda dan sikap ambisius untuk memiliki dan memperoleh pendapatan sebesar-bearnya yaitu kekayaan minya dan gas bumi.
Logika perjuangan untuk merebut Papua dari tangan Belanda, jika kita sebutkan bahwa kalau bukan karena Papau masuk dalam catatan sejarah sebagai daerah kesultanan Tidore, maka Bung Karno akan habis argumerntasi rasionalnya. Diuntungkan karena Papua bagian dari pada daerah Kesultanan Tidore, sehingga argumentasi ini menjadi rasional diterima.Penunjukan langsung Presiden Soekarno kepada salah satu Sultan Tidore Zainail Abdin Syah (1947-1967) sebagai gubernur pertama Irian Jaya Barat yang ber-Ibu Kota di Soasio Tidore.Tak sekedar itu pengakuan orang-orang Kokoda dengan pemahan sejarah juba dan bastari ngare, ada juga relasi hubungan orang-orang Moi di daerah utara Sorong masi menggunakan marga sangaji, dan ada juga penyebaran kultur di daerah Missol tentang tarekat masi sangat mirip persisi di Tidore. Peristiwa 17 juli 2015 di Kab.Tolikara, Papua penyerangan terhadap masjid pada sat sholt id umat islam, ini menjadi issu dan masalah yang mengglobal tentang SARA. Negara mengambil kebijakan dengan cepat untuk menyelesaikan semua itu, Kesultanan Tidore pun mengambil adil dalam penyelesaian ini, ada beberapa perwakilan orang-orang di Tolikara datang ke Tidore untuk membicarakan masalah tapal batas yang titahkan oleh sultan Tidore.
Belum ada kampung Tidore di Papua, tatapi ada kampung Papua di Tidore (DESA BOBO). Tidore dan Papua memilikirelasi sosial yang kuat dan berusia ratusan tahun,Tidore dengan kebijaksanaanya bisa memberikan ruang dan kemerdekan kepada orang-orang Papua yang ada Tidore (BOBO).Sama hal dengan orang-orang kesultanan Tidore, termasu orang-orang Tidore, Sangaji Gam Range yang ribuan menyebar di tanah Papau. Ada yang berkipra di dunia politik, kulih, birokrasi, tenaga pengajar dan berpendidikan. TanahPapua menjadi lumbung untuk membangun peradaban, publik Tidore dalam ruang lingkup politik meraka tau bahwa yang dari Papua memiliki kekatan Finansial sehingga muda untuk memobilisasi masa, ternyata itu sudah menjadi mitos sosial dan tidak dibukti dengan fakta.
Mengahiri tulisan ini penulis mengangkat sebuah cerita lepas pada awal tahun 2013 oleh aktivis ZaNUSA (Jaringan Nusantara Utara).Diskusi ini memberikan pernyataan bahwa Indonesia terbentuka karena Tidore,Ternate, Bacan, Jailolo & Maluku di sana ada Cengkeh dan Pala (rempah-rempah) atau dalam bahasanya bang Farhan (peneliti mataNUSA) sebagai pohon kehidupan. Belanda datang ke wilayah nusantara untuk mencari rempah-rempah di kepulauan Maluku dan Maluku Utara disitulah terjadi system kolonialisem, imprialisem.Mau tidak mau orang dijajirah Nusantara melakukan pemberontakan merebut hak kemerdekaannya, maka perjunagan ini samapai pada suatu konsep kenegraan yaitu NKRI (Indonesia).Logika kebenaran ini belum bisa menjadi dalil kebenaran yang ilmiah dan absolut, tetapi kita mencoban untuk pelan-pelan merunut sejarah bangsa ini dengan pendekatan sejarah lokal.Relasi dan nilai, etika sosial, dan hubungan keserjarahan ini harus dibangun untuk memperkuata uhua dan solidaritas sosial dalam kehidupan. Kita kutip pendapat Cicero, bahwa seseorang itu seperti anak kecil jika ia tidak mengetahui sejarahnya. (***)
Post A Comment:
0 comments: